Minggu, 03 November 2019

Sejarah Dan Pengertian Cetak Sablon



Tehnik sablon kaos adalah salah satu bagian dari ilmu grafika terapan yang bersifat praktis yang dilakukan untuk mencetak berbagai media iklan visual seperti kertas, kain, plat dan media yang lain yang tidak mengandung air, yang digunakan untuk melakukan reproduksi design seperti  kartu nama, kartu undangan, t-shirt, sticker dan lain-lain, dengan kuantitas lebih dari satu untuk menghasilkan hasil yang serupa.

Sejarah Sablon

Telah lama dikenal dan digunakan oleh bangsa jepang sejak tahun 1664. Ketika itu di kembangkan oleh Miyasaki dan Zisukeo Mirose dalam mencetak berbagai motif kimono. Penggunaannya dalam kimono dilatar belakangi oleh kebijakan kaisar jepang yang melarang penggunaan kimomo bermotif tulis tangan. Pasalnya kaisar Jepang sangat prihatin dengan tingginya harga kimono yang bermotif tulis tangan yang beredar di pasaran. Hingga saat itu kimomo yang menggunakan motif dari cetak mulai banyak digunakan oleh masyarakat Jepang. Akan tetapi pada saat itu tehnik ini belum berkembang dengan baik karena penggunaan kain kassa belum di kenal. Pada saat itu pecetakan masi menggunakan tehnik pencapan atau menggunakan model cetakan yang sering disebut dengan mal.

Pada tahun 1907, seorang pria berkebangsaan Inggris bernama Samuel Simon, mengembangkan tehnik sablon dengan menggunakan chiffon sebagai pola cetakan. Chiffon merupakan bahan rajut yang terbuat dari benang sutra halus. Bahan rajut inilah sebagai cikal bakal kain kassa yang di kenal sekarang ini. Mencetak dengan cara ini adalah tinta yang akan dicetak akan dialirkan melalui kain kasa atau kain saring, sehingga gambar yang akan tercetak akan mengikuti pola gambar yang ada pada kain saring tersebut. Inilah sebabnya sehingga menyablon dengan tehnik tersebut di sebut dengan silk screen printing yang berarti mencetak dengan kain saring sutra.

Istilah tehnik cetak saring ini tidak begitu terkenal di Indonesia. Istilah yang lebih popular yang dipakai di Indonesia adalah cetak sablon yang berasal dari bahasa Belanda yakni schablon. Kata itu berakulturasi sehingga menjadi bahasa serapan dan bermetamorfosis menjadi sablon. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata sablon di definisikan sebagai pola berdesign yang dapat dilukis berdasarkan contoh.

hingga saat ini perkembangan cetak sablon di indonesia tumbuh dengan pesat. produktivitas cetak untuk kaos sangat tinggi untuk kebutuhan dalam negeri. Indonesia kini menjadi produsen kaos yang bisa mengeksport kaos ke berbagai negara dengan kualitas yang bersaing. Indonesia sangat potensial dalam membuat bahan kaos yang berkualitas dikarenakan sumber daya alam di indonesia sangan kaya dan menunjang untuk mebuat berbagai jenis bahan kaos dengan kualitas terbaik.

Pengertian Cetak Sablon

Cetak sablon merupakan proses stensil untuk memindahkan suatu citra ke atas berbagai media atau bahan cetak seperti : kertas, kayu, metal, kaca, kain , plastic, kulit, dll. Wujud yang palin sederhana dari stensil terbuat dari bahan kertas atau logam yang di lubangi untuk mereproduksi atau menghasilkan kembali gambar maupun hasil dari suatu rancangan design. Stensil tersebut selanjutnya merupakan gambaran negative dari gambar asli atau original dimana detail-detail gambar yang di reproduksi memiliki tingkat keterbatasan terutama bila mereproduksi detail-detail yang halus. Pada tehnik cetak sablon acuan yang berupa stensil dapat juga melalui tahapan fotografi, yang pada umumnya di kenal dengan istilah film hand cut. Film photgraphi dan emulsi stensil di rekatkan ke atas alat penyaring yang di bentangkan pada sebuah bingkai yang terbuat dari kayu maupun logam yang berfungsi sebagai pemegang bagian dari suatu design, dan harus mampu menahan bagian yang digunakan selama proses penyablonan berlangsung.


Adakalanya para perancang grafis melakukan tahapan design secara langsung pada permukaan alat penyaring dengan bahan yang disebut “tusche” dan kemudian menutup keseluruhan sablonan dengan lem. Tusche selanjutnya dicuci  dengan bahan pelarut agar diperoleh bagian yang dapat mengalirkan tinta pada permukaan alat penyaring. Pada awal abad ke 20 proses pelaksanaan cetak sablon mulai menggunakan kain yang terbuat dari bahan sutera yang semula digunakan untuk menyaring  tepung. Dari sinilah maka istilah cetak sablon di kenal dengan sebutan “ silk screen printing”  yang digunakan pada tahapan proses cetak. Karena sutera harganya cukup mahal, serta memiliki kekuatan yang kurang baik, serta secara dimensional kurang stabil, maka kemudian diganti dengan bahan yang terbuat dari nylon dan selanjutnya dengan  polyester.  Sedangkan untuk keperluan cetak, alat-alat atau benda-benda elektronik di pergunakan  kain yang terbuat dari bahan stainless steel. Serat kain di rajut menurut standard dan di produksi dengan berbagai ukuran tergantung dari tingkat ketebalan serat benang yang akan menghasilkan tingkat kerapatan anyaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;